Cerita Pilu Korban Banjir Bandang Lampung Tinggal Baju di Badan
Para korban banjir bandang di Bandar Lampung menghadapi tantangan besar setelah harta benda mereka hanyut atau rusak akibat banjir yang
berlangsung selama tiga hari. Salah satu korban, Wiwik (46), warga Kelurahan Way Lunik, Kecamatan Panjang, kini hanya memiliki pakaian yang dikenakan saat banjir melanda.
Cuma tinggal daster yang dipakai itu lah kemarin, semua baju di lemar ya penuh lumpur,” kisah Wiwik.
Banjir bandang yang datang dengan deras dari arah perbukitan membuat Wiwik tak sempat memikirkan barang-barang berharga lainnya.

Prioritas utamanya adalah menyelamatkan putrinya yang masih kecil. “Enggak ada orang di rumah, suami masih kerja, jadi langsung ngungsi aja,” ujarnya.
Mengungsi di Rumah Kerabat
Setelah meninggalkan rumahnya, Wiwik dan putrinya berlindung di rumah saudara yang terletak di tempat lebih tinggi. Selama dua hari, ia bolak-balik ke rumahnya untuk mencoba menguras air dan membersihkan lumpur, tetapi usahanya tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Dengan tidak adanya tenda pengungsian atau dapur umum,
Wiwik harus membeli makanan di warung nasi. “Enggak ada tenda pengusian, jadi tidur sama makan numpang sama saudara, bantuan baru ada pas hari Minggu, itu juga terbatas,” kata Wiwik dengan nada sedih.
Barang-Barang yang Hilang dan Harapan yang Pupus
Tidak hanya Wiwik, Reka dan neneknya juga merasakan kepahitan yang sama. Reka kembali ke rumahnya untuk mencoba
menyelamatkan perabotan dan alat masak, tetapi semua telah tertutup lumpur. Pada akhirnya, mereka harus kembali ke rumah kerabat dengan tangan kosong.
Selama tiga hari penuh, mereka hanya bisa menumpang tinggal di rumah saudara, tanpa kepastian kapan mereka bisa kembali membangun kehidupan normal.
Dukungan yang Masih Terbatas
Meski bantuan sempat datang, jumlahnya sangat terbatas dan tidak cukup untuk menutupi kebutuhan para Korban Banjir. Wiwik dan keluarganya masih menghadapi ketidakpastian mengenai masa depan mereka. Dengan tempat tinggal yang rusak parah, barang-barang yang tidak dapat digunakan, dan hanya tersisa pakaian di badan, mereka sangat bergantung pada uluran tangan dan solidaritas dari masyarakat serta pemerintah.
Banjir bandang di Lampung bukan hanya menyisakan kerugian materi, tetapi juga luka batin bagi para korbannya. Dalam kondisi yang serba sulit, mereka terus berjuang untuk bertahan hidup sambil menunggu bantuan yang lebih memadai.
Cerita mereka menggambarkan betapa beratnya dampak bencana ini, sekaligus mengingatkan kita akan pentingnya solidaritas dan bantuan yang berkelanjutan bagi mereka yang membutuhkan.
More Stories
Ahmad Lutfi Akan Prioritaskan Pengentasan Kemiskinan Ekstrem di Jateng
Empat Porter Lion Air Ditangkap Diduga Curi Emas Penumpang di Bandara Hasanuddin
Website Pengadilan Negeri Singaraja Disusupi Link Judi Online